Tumpek Uduh ini juga disebut Tumpek Wariga, Tumpek Bubuh atau Pengatag, dirayakan setiap 6 bulan sekali di hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, wuku Wariga, tepat 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.
Pemujaan pada Tumpek Uduh adalah persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara penguasa Tumbuh-tumbuhan. Momentum ini sangat baik untuk manusia begitu pentingnya tanaman dan alam dalam arti yang sangat luas, sehingga menjadi harmoni dalam kehidupan ini.
Disebut juga Tumpek Bubuh, karena saat itu dihaturkan bubur sumsum yang terbuat dari tepung. Disebut Tumpek Pangatag, karena mantra yang digunakan untuk mengupacarai tumbuhan disertai dengan prosesi ngatag, menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai.
Pelaksanaan Tumpek Uduh ini merupakan wujud pelaksanaan ajaran Tri Hita Karana (tiga hubungan harmonis penyebab kebahagiaan), yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan alam (tumbuh-tumbuhan) Makna dan esensi terpenting dan makna dari perayaan Tumpek Uduh adalah rasa terima kasih yang sangat dalam terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Semua puja dan puji dilantunkan para pendeta, pemangku atau pemimpin upacara penuh dengan intisari terima kasih terhadap alam (sumber : disbud.bulelengkab.go.id).
Pada hari ini Sabtu, 14 Mei 2022 bertempat di Dusun Kaleran, Desa Manduang telah dilaksanakan penanaman 10 bibit pohon kelapa serangkaian memperingati hari / rahinan Tumpek Wariga/Uduh/Bubuh/Pengatag. Kegiatan ini diikuti langsung oleh Bapak Perbekel beserta perangkat desa dan Penyuluh Bahasa Bali Desa Manduang. Penanaman bibit pohon kelapa ini dilakukakan di sepanjang jalan melingkar yang menuju Pura Tirta Suranadi.